Minggu, 13 Mei 2018

Empati Dari Maluku: Semua Sayang Surabaya

Detik Nusa
Engkau Surabaya yang ada di sana Di dalam naunganmu tersimpan semerbak ceritaku Temaram lampu jalan adalah getar-getar kedamaian bagi jiwaku Nyanyian di hatimu jadi sahabatku Namamu tertulis indah dalam jantungku, o
Sam Latuconsina, Yani Salampessy, Lynda Holle (foto SL-YS-LH)
Engkau Surabaya yang ada di sana
Di dalam naunganmu tersimpan semerbak ceritaku
Temaram lampu jalan adalah getar-getar 
kedamaian bagi jiwaku 
Nyanyian di hatimu jadi sahabatku 
Namamu tertulis indah dalam jantungku, o

Kini kesulitan berputar di benakku 
Kemudian mencekam seperti tak mau berakhir
Dan aku hanya lelah bagai menempuh 
perjalanan panjang dan berkabut
Aku rindu padamu, dalam dekapanmu
Ingin kubaringkan jiwaku , o

Ambon, Malukupost.com - Penggalan lirik lagu "Surabaya" di atas, ditulis oleh arek Surabaya Johnny Sahilatua tahun 1986. Bisa baca dan rasakan betapa hati, jantung, dan jiwa sang komponis sudah menjadi satu dengan Surabaya.

Johnny bersama kakak-kakaknya Franky Sahilatua dan Jane Sahilatua memang lahir dan besar di Surabaya.  Gaya bicara mereka sangat medok Jawa Timur.  Walau orang tua bermarga Sahilatua dan Uneputty dari Maluku,  namun Surabaya telah menjadi tanah air kedua, selain kampung halamannya di Maluku.

Keluarga Sahilatua bukan satu-satunya orang Maluku di Surabaya.  Ingat, Profesor J.E. Sahetapy sudah tidak terpisahkan sebagai guru besar Universitas Airlangga. Juga, Henny Maspaitella dan Laudry Maspaitella di dunia olahraga. Sementara itu, di jajaran  Pemkot Surabaya saat ini ada Chandra Oratmangun, Kepala Dinas Pemadam Kebakaran.

Kehadiran orang Maluku di Surabaya sudah sejak zaman penjajahan Belanda.  Mereka umumnya pelaut, tentara, guru, dosen, atau pegawai swasta.  Banyak yang sudah kawin-mawin di sana dan menghasilkan generasi baru, anak dua pulau.  Maluku keturunan Jawa Timur, atau sebaliknya Jawa Timur keturunan Maluku.

Tiga bulan setelah Indonesia merdeka, terjadilah pertempuran Surabaya. Kematian Brigadir Jenderal Mallaby (Inggris) memicu pertempuran 10 November. Arek-arek Surabaya banyak yang gugur.

"Terima kasih khusus, saya sampaikan kepada arek-arek Surabaya asal Ambon yang juga gugur dalam pertempuran ini.  Kalian luar biasa.  Kalian telah gugur sebagai cengkeh dan pala," kata Presiden Soekarno saat pemakaman umum di Surabaya.

Surabaya memang telah menjadi kota kenangan bagi banyak orang. Setiap orang punya pengalaman, setiap orang punya kisah. Tidak heran, ketika beredar kabar ledakan bom di Surabaya, Minggu (13/5) pagi ini, reaksi muncul di mana-mana.  Marah dan sedih bercampur jadi satu.  Banyak orang mencurahkan sikap dan perasaannya melalui media sosial seumpama facebook.

SUARA DARI MALUKU

Ada banyak suara bernada empati kepada para korban bom Surabaya, ada kemarahan kepada pelaku teror bom, dan ada ungkapan keprihatinan kepada negara.  Media Online Maluku Post mengumpulkan dari sejumlah akun facebook, beberapa di antaranya sudah diedit.

Mantan Wakil Walikota Ambon Sam Latuconsina dalam akun facebooknya menyebutkan,  hanya orang biadab  yang tega membunuh sesama. Ia pun menulis sikapnya,  mengutuk keras aksi terorisme di Indonesia.

Aktivis Yani Salampessy menegaskan, peristiwa di Surabaya bukan ajaran Islam sehingga jangan seolah umat Islam pada umumnya harus ikut bertanggungjawab terhadap kejadian ini. Jangan ada komentar yang memojokkan Islam.

"Kami pun menentang aksi-aksi seperti ini.  Jangan bahasanya seolah Islam keseluruhan dan umumnya yang selalu dan selalu lakukan ini karena ajarannya. Itu tidak benar,"  tulis Salampessy, yang menggunakan hastag #JagaLisan, #SaveSurabaya, #SaveIndonesia, dan #KamiTidakTakut

Aktivis lain Zen Thaib Lelangwayang juga menulis secara singkat sikapnya di facebook.
"Mengutuk keras tindakan bom bunuh diri yang dilakukan di Gereja  Katolik Santa Maria Jl. Ngagel Madya No.1 Kel.Baratajaya Kec. Gubeng Surabaya," demikian Lelangwayang.

Dosen IAIN Ambon Hanafi Holle yang sedang melanjutkan studi di Surabaya cukup keras menulis kecamannya. 

"Ini prilaku yang dilakukan orang-orang tak beriman. Perilaku biadab dan tak manusiawi.  Tak ada agama yg mengajarkan hal seperti ini," demikian ditulis Holle.

Dia mendesak pemerintah lebih bersikap tegas dan  keras terhadap tindakan teror.  Jangan dikasih ruang atau ampunan. Untuk itu, Holle mengusulkan UU Terorisme ditinjau lagi.

Dosen IAIN Ambon yang lain Aroel Pattilouw menulis pula rasa empati kepada korban ledakan bom di Surabaya. 

"Kami warga muslim Maluku mengutuk keras perilaku pemboman gereja di Surabaya. Jelas ini tindakan kebiadaban. Negara harus cepat hadir untuk menangkap para pelaku," tulis Aroel.

Jurnalis El Rahman Patty juga menulis opini terhadap peristiwa bom Surabaya. 
"Mencari surga dengan jalan yang sesat.  Kalian bukan Islam, kalian saytan laknatullah," cetus Patty.

Mantan Bintang sepakbola Indonesia Rizalio Akbar dari Tulehu, menyatakan belasungkawa sekaligus kemarahannya.

"Turut berduka buat korban ledakan bom! Aksi yang tidak bisa ditolerir, terkutuklah para pelaku dan otak di balik aksi terorisme ini!" Papar Akbar.

Perempuan aktivis Lynda Holle menulis bahwa tindak kekerasan dalam bentuk apapun dan demi alasan apapun tidaklah dibenarkan dan mencederai rasa Kemanusiaan.  Ia mengutuk keras peristiwa Mako Brimob dan bom Surabaya, serta mendukung Polri menuntaskan kasus ini untuk memberikan rasa keadilan bagi para korban dan keluarga.

Dari kalangan muda, ada aktivis Ryan Malawat.   Ryan menyatakan, membunuh manusia yang tidak bersalah adalah sama dengan membunuh kemanusiaan itu sendiri demikian sebaliknya menghidupkan kemanusiaan pun jika kita memelihara orang lain.

"Demikian bisa kita lihat bahwa tindakan peledakan bom dimaksud sama sekali membunuh nilai kemanusiaan," ungkap Ryan.

Aktivis Fathul Kwairumaratu menulis, siapapun dia, oknum atau organ yang telah melakukan gerakan tidak bermoral ini harus ditangkap secepatnya yang diadili atas perbuatannya. Perbuatan yang tidak mencerminkan anak bangsa yang beragama dan berbudaya.

Dia desak presiden cepat mengevaluasi seluruh elemen kelembagaan yang berkaitan dengan Kantibmas apalagi soal pembunuhan massal seperti ini, sambil mendukung usaha lembaga negara dalam mengusut tuntas peristiwa tragis ini.

"Pak Presiden kurangi bercanda di depan kamera, buka mata hati dan mata bathin pada apa yang terjadi di negeri ini," ungkap Fathul.

Menurut Fathul, tidak ada agama satupun yang membenarkan gerakan terorisme sebab itu jangan mau diadu-domba atas nama agama dan apapun, NKRI harga mati, dan lebih penting sebagai orang yang berdiri atas jiwa Kemanusiaan.

"Saya turut berbela sungkawa atas meninggalnya saudara kita dan keluarga yang ditinggalkan diberi ketabahan hati," pungkas Fathul. (rudi fofid)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar