Selasa, 26 September 2017

Akhirnya Fadli Zon Menjelaskan Hubungannya dengan Tokoh Komunis, Ternyata......!

Detik Nusa

Infoteratas.com - Foto Wakil Ketua DPR Fadli Zon dengan patung tokoh komunis asal Rusia, Lenin, ramai dibahas di media sosial. Fadli pun mengungkap alasan dia berfoto bersama patung itu dan menyebut Lenin sebagai 'kamerad'.

Fadli berpose dengan patung Lenin pada 2002 di museum patung lilin Madame Tussaud, London, Inggris. Dia mengaku tidak cuma berfoto dengan Lenin, tapi juga dengan tokoh lain, di antaranya Mahatma Gandhi.

"Kenapa ada foto dengan Lenin? Ya saya suka saja, karena saya kan memang mempelajari. Saya mempelajari Lenin, saya mempelajari Stalin. Saya kan (kuliah) sastra Rusia," ucap Fadli di gedung DPR, Senayan, Jakarta, Senin (25/9/2017). 

Fadli kemudian mengunggah foto itu di Facebook dengan memberi caption 'Dengan Kamerad Lenin di Madame Tussaud'. Dia lalu menjelaskan makna 'kamerad' yang disematkan ke Lenin. 

"Kamerad itu kan artinya, ada juga dalam bahasa Rusia, itu tabaris/tawaris, tapi kamerad itu ya seperti 'bung' gitu," ucap Waketum Gerindra ini. 

Foto lama Fadli Zon yang mendatangi Karl Max juga ramai disebarkan lagi. Dia mengaku memang punya hobi berziarah, mulai dari makam Lenin, makam nabi, hingga makam musisi. 

"Karena saya datang ke situ mereka adalah orang-orang yang ada di dalam sejarah dan yang saya pelajari konteksnya. Hanya itu," ujar Fadli.

Meski ziarah, Fadli menepis itu berarti dia mengidolakan semua tokoh tersebut. Seperti Stalin, Fadli mengaku tidak mengidolakan Stalin meski mendatangi makam dan hafal sejarahnya. 

Walaupun berfoto bareng patung tokoh komunis, Fadli menegaskan dia antikomunis. "Saya antikomunis kok, saya dari dulu antikomunis. Mereka tahu dan bahkan yang ngelawan kelompok komunis saya juga salah satunya. Tapi kalau saya mempelajari itu karena bidang studi saya sastra Rusia," tutur Fadli. 

Fadli Zon resmikan monumen dan makam Tan Malaka

Monumen dan makam Tan Malaka, yang terletak di Nagari Pandam Gadang, Kabupaten 50 Kota, diresmikan. Dalam peresmian pada Jumat (14/4/2017) itu, dihadiri oleh Wakil Ketua DPR Fadli Zon dan beberapa tokoh setempat, termasuk Wakil Bupati Kabupaten 50 Kota, Ferizal Adam.

Hadir juga dalam peresemian ini, pimpinan DPRD Kabupaten 50 Kota, serta para Ninik Mamak, para Datuk se-Kabupaten 50 Kota.

Pencarian panjang keberadaan Ibrahim Datuk Tan Malaka selama 63 tahun oleh keluarganya menemukan titik terang. Saat seorang peneliti sejarah asal Belanda, Herry Poeze, menemukan lokasi makamnya tahun 2007 silam.

Keluarga menyambut baik temuan makam di Desa Selopanggung, Kecamatan Semen, Kabupaten Kediri, Jawa Timur, itu.



Temuan itu kemudian ditindaklanjuti dengan beberapa hal untuk meningkatkan keyakinan terhadap keberadaan jasad tokoh pergerakan nasional itu.

Ferizal Ridwan, Wakil Bupati Kabupaten Lima Puluh Kota, Sumatera Barat mengungkapkan, tahun 2009 pihak keluarga telah melakukan tes DNA terhadap tulang yang ada di makam itu.

Rangkaian prosesi penjemputan dan pemulangan ini berdasar dari mandat pihak keluarga yang menginginkan jasad Tan Malaka kembali dan pulang ke kampung halamannya.
Prosesi penjemputan dan pemulangan jasad Datuk Ibrahim Tan Malaka dimulai sejak tgl 16 Februari 2017. Tim delegasi mengambil beberapa genggam tanah dari makam Tan Malaka secara simbolik.



Adapun pengakuan pemerintah masih menunggu keputusan Kementrian Sosial.Selain peresmian makam Tan Malaka secara adat, juga dilaksanakan peresmian Monumen Patung 

Tan Malaka karya Perupa Bambang Win yang berkolaborasi dengan Fadli Zon.
Patung perunggu ini bobotnya mencapai 120 kilogram. Peresmian yang dilakukan juga dibalut dengan acara lain, launching Tan Malaka House and Library sebagai museum, taman bacaan, dan pusat kajian ekonomi kerakyatan.

Fadli Zon, Wakil Ketua DPR RI yang hadir dalam acara itu menaburkan bunga di makam Tan Malaka. Fadli Zon menyebut Tan Malaka adalah tokoh penting dalam pendirian Republik Indonesia.

Ia menegaskan, Tan Malaka adalah Bapak Republik, bukan hanya pahlawan nasional berdasar pada Keputusan Presiden RI No. 53, yang ditandatangani Presiden Soekarno 28 Maret 1963.

Dalam sambutannya, Wakil Ketua Bidang Korpolkam yang punya perhatian mendalam pada sejarah dan kebudayaan ini berpendapat, Tan Malaka adalah manusia multidimensi.
Seorang pejuang, pemikir dan visioner. Ia pernah berjuang di garis Kiri, namun tetap sangat nasionalis dan muslim yang taat.

Selain itu, Tan merupakan pemikir awal sebelum kemerdekaan Indonesia yang memiliki konsep tentang negara republik.

"Pemikiran Tan Malaka Merdeka 100% masih sangat relevan sampai hari ini. Kita bisa melihat bagaimana kondisi Indonesia harus mengedepankan kedaulatan agar bisa sepenuhnya berdaulat," ujar Fadli.

"Kedaulatan dalam hal ini adalah kedaulatan pangan, kedaulatan energi serta kedaulatan di darat, laut dan udara. Yang tak kalah penting, berdaulat dalam pemikiran sebagai bangsa yang merdeka, bukan inlander," tambah Fadli Zon.

Referensi:

FPI: Tan Malaka itu tokoh Marxis, pahlawannya PKI jadi dilarang
Sumber: http://ift.tt/2oGB2HL

Acara bedah buku Tan Malak di C20 Library Jalan Dr Cipto, Surabaya, Jawa Timur batal digelar. Sebab, selain sempat dilarang pihak kepolisian, acara itu juga disoroti oleh pihak Front Pembela Islam (FPI) Jawa Timur.

Selain FPI, hadir juga beberapa elemen yang tergabung dalam Gerakan Umat Islam Bersatu (GUIB) Jawa Timur. Mereka memprotes keras gelar acara tersebut, sebab sosok Tan Malaka adalah tokoh Partai Komunis Indonesia (PKI). Mereka menyatakan tak peduli, meski Tan Malaka juga salah satu tokoh pejuang.

"Itu kan versinya PKI. Tan Malaka itu kan pahlawannya orang-orang PKI, Tan Malaka itu kan tokoh Marxis," kata Ketua Bagian Nahi Mungkar FPI Jawa Timur KH Dhofir di depan Gedung C20 Library, sembari menegaskan, kalau Tap MPR RI tentang pelarangan aktivitas partai komunis masih belaku di Indonesia.

Sementara dari pantauan di lapangan, pasca-pelarangan oleh pihak kepolisian, Gedung C20 Library terlihat sepi. Tak ada lampu penerangan alias lampu dimatikan. Bahkan, pintu gerbang bercat putih di Gedung C20 Library, juga ditempeli tulisan: Mohon Maaf, Diskusi Buku Tan Malaka dengan A Poeze pukul 18.30 WIB dibatalkan.

Puluhan anggota FPI yang dipimpin KH Dhofir sendiri, sempat menggelar karpet di depan pintu pagar. Mereka juga menggelar dialog dengan Kapolsek Tegalsari, Kompol Arif Mukti. 

"Kami tidak berdialog dengan polisi. Tadi saya minta ketemu dengan panitia acara tidak boleh," katanya.

Sementara itu, karena mendapat pengawalan ketat dari pihak kepolisian, sekitar pukul 19.30 WIB FPI membubarkan diri. Namun pukul 19.45 WIB, mereka kembali dengan dua mobil ke lokasi acara dan kembali menggelar tikar.

"Kita akan tunggu dari kalian-kalian (wartawan) soal beritanya. Kalau acara masih digelar kita akan lawan. Tapi jangan memfitnah, bikin tulisan yang baik, kalau tulisan itu salah lebih baik saya melawan kalian-kalian," cetus dia sembari menegaskan kalau pihaknya akan terus melakukan pengawalan terkait bedah buku Tan Malaka . [ian]


FPI batalkan diskusi Tan Malaka: Apa maunya orang-orang PKI ini?
Sumber: http://ift.tt/2oHceRB


Acara diskusi Tan Malaka di C20 Library Jalan dr Cipto, Surabaya, Jawa Timur yang rencana-nya digelar malam ini (7/2) sekitar pukul 18.30 WIB, dibatalkan. Di depan lokasi, puluhan anggota Front Pembela Islam (FPI) Jawa Timur dan beberapa aparat kepolisian menjaga lokasi diskusi.

Ketua Bagian Nahi Mungkar FPI Jawa Timur Dhofir, yang turun ke lokasi saat berdialog dengan pihak kepolisian mengatakan, Islam sudah banyak memberi toleransi.

"Kita sebagai umat Islam sudah banyak memberi toleransi. Kita sudah memberi toleransi membiarkan laki-laki berkumpul dengan perempuan, hari libur yang mestinya hari Jumat diganti Minggu juga sudah kita beri toleransi, terus maunya apa orang-orang PKI ini," kata Dhofir saat berdialog dengan pihak kepolisian di lokasi, Jumat petang.

"Nanti kita umat Islam yang disalahkan," sambung dia.

Dijawab Kapolsek Tegalsari Surabaya, Kompol Arif Mukti. 

"Kami hanya mencoba menjaga keamanan. Apalagi saat ini menjelang Pemilu, kita ingin agar Surabaya tetap kondusif," jawabnya.

Seperti diberitakan sebelumnya, peluncuran buku Tan Malaka di C20 Library Surabaya dibatalkan, sebab pihak kepolisian memanggil penyelenggara dan meminta diskusi buku Gerakan Kiri dan Revolusi Indonesia jilid 4 yang ditulis Harry A Poeze itu tak perlu digelar malam ini.

Sementara dari pantauan di lapangan, puluhan anggota FPI yang dikomandoi KH Dhofir menjaga ketat Gedung 920 Library yang pagarnya tertutup rapat. Bahkan, para anggota FPI menggelar karpet tepat dibawa pagar bercat putih yang ditempeli tulisan: Mohon Maaf, Diskusi Buku Tan Malaka dengan A Poeze pukul 18.30 WIB dibatalkan.

Dan hingga saat ini, mereka ngotot akan menjaga lokasi hingga memastikan acara diskusi buku Tan Malaka itu, benar-benar dibatalkan. Tak mau kalah, pihak kepolisian, baik berseragam maupun berpakaian preman juga ikut mengawasi lokasi.

FPI Ancam Bubarkan Teater Tan Malaka  
Sumber: http://ift.tt/2oGEP87

 Sekelompok orang yang mengaku dari berbagai organisasi Islam mendatangi pusat kebudayaan Prancis IFI, Bandung, Rabu, 23 Maret 2016. Mereka meminta aparat kepolisian membatalkan acara pementasan teater tentang Tan Malaka. "Simpelnya, kami menolak acara yang berbau komunis," kata Ketua Bidang Hisbah Front Pembela Islam DPD Jawa Barat Dedi Subu kepada Tempo di lokasi.

Ormas Islam tersebut, kata Dedi, terdiri atas anggota Gerakan Reformis Islam (Garis), FPI, dan FUI, yang mengatasnamakan warga Bandung. Acuan penolakan teater itu, menurut dia, berdasarkan Ketetapan MPR Nomor 25 Tahun 1966 dan Undang-Undang Nomor 29 Tahun 1999. "Penyebaran aliran komunisme dilarang di NKRI," kata Dedi. BACA: Pentas Tan Malaka Dibatalkan

Dia mengancam, kelompoknya akan membubarkan acara yang diselenggarakan Kelompok Mainteater Bandung tersebut jika tetap digelar. "Jangan sampai nanti umat Islam di Jabar khususnya di Bandung datang untuk membubarkan," kata Dedi.

Tan Malaka (1897-1949) dipilih sebagai ketua Partai Komunis Indonesia pada tahun 1921. Setelah pemberontakan PKI/FDR di Madiun ditumpas pada akhir November 1948, Tan Malaka menuju Kediri dan mengumpulkan sisa-sisa pemberontak PKI/FDR yang saat itu ada di Kediri, dari situ ia membentuk pasukan Gerilya Pembela Proklamasi. 

Pada bulan Februari 1949, Tan Malaka ditangkap bersama beberapa orang pengikutnya di Pethok, Kediri, Jawa Timur dan mereka ditembak mati di sana. Tidak ada satupun pihak yang tahu pasti dimana makam Tan Malaka dan siapa yang menangkap dan menembak mati dirinya dan pengikutnya. Tapi akhirnya misteri tersebut terungkap dari penuturan Harry A. Poeze, seorang Sejarawan Belanda yang menyebutkan bahwa yang menangkap dan menembak mati Tan Malaka pada tanggal 21 Februari 1949 adalah pasukan TNI dibawah pimpinan Letda Soekotjo dari Batalyon Sikatan, Divisi Brawijaya.

Keputusan Presiden RI No. 53, yang ditandatangani Presiden Soekarno 28 Maret 1963 menetapkan Tan Malaka sebagai Pahlawan Nasional. Tidak heran Habib Rizieq menuding bung Karno sebagai PKI. 

Jadi bagaimana menurut anda?

Infoteratas.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar