Detik Nusa
Ambon, Malukupost.com - Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Maluku bersama peneliti BirdLife Internasional dan Burung Indonesia melakukan penandaan burung dara laut cina (thalasseus bernsteini) di perairan Seram Utara, Kabupaten Maluku Tengah.
Penandaan burung dara laut cina dilakukan tim Burung Indonesia, Indonesia Bird Banding Scheme (IBBS), BirdLife Internasional, Hong Kong Bird Watching Society, Oregon University, Hong Kong University, BKSDA Maluku, Taman Nasional manusela, Universitas Pattimura dan program officer kemitraan Wallacea sejak 7-13 Februari 2018, kata Kepala BKSDA Maluku Mukhtar Amin Ahmadi di Ambon, Rabu (14/2).
Ia mengatakan, tujuan penandaan dara laut cina untuk memahami pergerakan migrasi secara umum sehingga dapat digunakan untuk mengembangkan rencana konservasi dara laut secara umum, dan dara laut cina secara khusus.
Metode yang digunakan dalam penandaan dara laut cina yakni dengan memasang jebakan busur atau "bow net trap" yang dapat dikendalikan dari jarak jauh. Dara laut cina terlihat diantara ratusan dara laut jambul (sterna bergii).
"Akan tetapi dara laut cina tersebut belum berhasil ditangkap dan ditandai mengingat keselamatan burung, peneliti juga berhasil menangkap dara laut jambul tujuh ekor, tiga diantaranya dipasang "Sattelite tag"," katanya.
Menurut Mukhtar, burung dara laut jambul yang tertangkap dipasang cincin plastik berwarna oranye dengan kode tertentu, semua burung yang ditangkap dipasangi tanda berupa pita logam permanen yang berisi kode internasional tersendiri pada kaki burung tersebut.
"Dara laut jambul dengan sakan dipantau setiap hari selama durasi umur sattelite tag. Sattelite tag tersebut dapat berfungsi optimal sekitar 12 - 18 bulan, karena menggunakan solar panel sebagai sumber energi, dan akan terlepas dengan sendirinya," ujarnya.
Dijelaskannya, upaya konservasi dara laut cina telah dilakukan sejak tahun 2010 oleh BirdLife Internasional. Pada tahun 2010 rencana aksi internasional mengeni spesies ini dipublikasikan, dan hasil konservasi yang baik dicapai pada tahun 2014 dan 2015.
Upaya tersebut lanjutnya, mendapat dukungan dari pemerintah Indonesia yakni Direktorat Jendral Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan yang telah membentuk kemitraan nasional konservasi burung bermigrasi dan habitatnya, melalui SK Dirjen KSDAE nomor 200/KSDAE/SET/KUM.1.5/2017, tanggal 23 Mei 2017.
BKSDA kata Mukhtar, mendukung kegiatan penandaan burung dara laut cina yang dilakukan tim peneliti gabungan.
"Jika kami bisa mengetahui pola migrasi burung dara laut cina terutama di Indonesia, kami dapat menyusun rencana aksi dalam upaya konservasi ke depan," tandasnya.
Ditambahkanya, persentasi kegiatan penandaan dara laut cina secara keseluruhan berhasil 95 persen, tetapi sisanya belum tertangkap. "Ini capaian luar biasa karena ini merupakan pemasangan sattelite tag pertama untuk burung laut di Indonesia," katanya.
Dara laut cina berkembang biak di China, akan tetapi pada musim dingin bermigrasi ke area yang lebih hangat seperti Indonesia, bersama dengan dara laut jambul. Diperkirakan jumlahnya di dunia kurang dari 100 ekor, selain itu dara laut cina juga dilindungi pemerintah Indonesia melaui PP Nomor 7 tahun 1999. (MP-4)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar