Rabu, 06 Maret 2019

HIV/AIDS Meningkat Di Ambon, Ibu Hamil Wajib Diperiksa

Detik Nusa
Ambon, Malukupost.com - Kepala Dinas Kesehatan Kota Ambon Wendy Pelupessy mengatakan, meningkatnya penderita HIV/AIDS sesuai data dari para pegawai kesehatan yang proaktif di lapangan, kemudian ibu-ibu hamil yang datang di Puskesmas juga harus diperiksa sampel darahnya. "Jadi kalau ibu hamil yang datang berkunjung ke Puskesmas wajib diperiksa dengan pengambilan darahnya guna pemeriksaan yang bersangkutan apakah menderita HIV atau tidak," ujarnya di Ambon, Rabu (6/3).
Ambon, Malukupost.com - Kepala Dinas Kesehatan Kota Ambon Wendy Pelupessy mengatakan, meningkatnya penderita HIV/AIDS sesuai data dari para pegawai kesehatan yang proaktif di lapangan, kemudian ibu-ibu hamil yang datang di Puskesmas juga harus diperiksa sampel darahnya.

"Jadi kalau ibu hamil yang datang berkunjung ke Puskesmas wajib diperiksa dengan pengambilan darahnya guna pemeriksaan yang bersangkutan apakah menderita HIV atau tidak," ujarnya di Ambon, Rabu (6/3).

Artinya apa, kalau ibu tersebut menderita HIV maka bisa dilakukan pengobatan teratur untuk memutus mata rantai dari ibu ke anak, sehingga pada saat anak yang dikandung itu dilahirkan tidak menderita HIV.

Dia mengatakan, hal ini merupakan proaktif dari teman-teman di Puskesmas untuk bekerja sama dengan yayasan Pelangi untuk proaktif mencari di lapangan.

Wendy juga mengakui, kalau setiap bulan teman-teman turun ke lapangan atau lokasi yang berpotensi terjadinya HIV, kemudian ke kelompok-kelompok rawan, misalnya ke karaoke dan sebagainya, atau ke komunitas-komunitas seks lelaki, waria-waria di datangi.

"Kenapa kita harus proaktif, supaya kita bisa mendapat lebih dini, kalau yang bersangkutan dalam kondisi HIV bisa berobat lebih teratur tidak akan jatuh kedalam AIDS," ujarnya.

Jadi kenapa angka di Kota Ambon itu tinggi, karena itu, lanjutnya, belum tentu tidak ada kasus berarti tidak ada penderita HIV, karena ini fenomena gunung es.

"Tetapi kalau petugas kesehatan mendapatnya di lapangan sedini mungkin akan dijaga agar tidak jatuh ke dalam AIDS,"ujarnya.

Wendy katakan, pihaknya juga melakukan sosialisasi ke tokoh-tokoh agama, tokoh masyarakat, karena ini menyangkut perilaku, apalagi terkait perilaku bukan tugas dari kesehatan.

“Tetapi hilir yang kita dapatkan penyakit menjadi tanggungjawab kesehatan bagaimana menyusuaikan penyakit itu, tetapi pelakunya menyangkut perilaku menjadi tanggungjawab bersama tokoh-tokoh masyarakat, agama dan pendidikan keluarga, itu intinya,” tandasnya.

Oleh karena itu di sekolah-sekolah juga dilakukan sosialisasi tentang perilaku-perilaku yang berisiko yang berawal dari merokok, narkoba yang akan menyambung dengan kondisi-kondisi seperti itu.

"Kita mengetahui penyebarannya seperti apa, seks yang berganti-ganti pasangan, bisa menular dari ibu ke anak, atau bisa juga dari jarum suntik, transfusi darah dan sebagainya," katanya.

Nah, bagaimana kita tidak terjangkit menghindari faktor resiko penularan ini, kembali ke perilaku yang normal yang sehat seperti itu.

Dia menambahkan, data terakhir yang merupakan kasus baru, artinya yang didapat di tahun 2018 dalam kondisi baru yang menderita HIV itu sebanyak 264 kasus, itu dalam satu tahun bayangkan, kalau akumulasi dari 2004 sampai sekarang mencapai 2.000-an.

"Pengobatan tetap dilaksanakan, ART-nya tersedia, jadi kalau misalnya Puskesmas bisa mendeteksi dan memeriksa, ada di 22 Puskesmas, kecuali ada beberapa Puskesmas yang bisa mengobati lanjutan, sebab ketersediaan ART hanya di beberapa Puskesmas, mengingat hak asasi manusia (HAM) dari mereka harus dilindungi, dan juga pemberian ART secara gratis," ujarnya. (MP-4)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar