Senin, 09 April 2018

Kredit Perbankan Di Maluku Meningkat 15,17 Persen

Detik Nusa
Ambon, Malukupost.com - Penyaluran kredit perbankan di provinsi Maluku periode Februari 2018 tercatat meningkat sebesar Rp15,17 persen (yoy) atau senilai Rp1,47 triliun menjadi Rp11,15 triliun. "Jumlahnya meningkat dibandingkan posisi januari 2018 yang tercatat 14,53 persen (yoy), dan masih lebih tinggi dari pertumbuhan kredit nasional di Februari 2018 yang tercatat 8,24 persen," kata Kepala OJK Provinsi Maluku Bambang Hermanto, di Ambon, Sabtu (7/4).
Ambon, Malukupost.com - Penyaluran kredit perbankan di provinsi Maluku periode Februari 2018 tercatat meningkat sebesar Rp15,17 persen (yoy) atau senilai Rp1,47 triliun menjadi Rp11,15 triliun.

"Jumlahnya meningkat dibandingkan posisi januari 2018 yang tercatat 14,53 persen (yoy), dan masih lebih tinggi dari pertumbuhan kredit nasional di Februari 2018 yang tercatat 8,24 persen," kata Kepala OJK Provinsi Maluku Bambang Hermanto, di Ambon, Sabtu (7/4).

Menurut dia, peningkatan tersebut masih didominasi kredit konsumtif sebagai penyumbang terbesar, yaitu pada sektor bukan lapangan usaha lainnya sebesar Rp456,02 miliar (15,81 persen), dan rumah tangga untuk kepemilikan peralatan rumah tangga lainnya sebesar RP443,01 miliar (13,97 persen).

Selain itu dari sisi sektor produktif, juga semakin menunjukan kontribusi yang terus meningkat sebagaimana terlihat pada perdagangan besar dan eceran, yang meningkat sebesar Rp256,68 miliar (13,07 persen).

Sektor lainnya penyediaan akomodasi dan penyediaan makan minum sebesar Rp71,41 miliar (50,85 persen).

Sedangkan secara nominal, portofolio penyaluran kredit di Maluku posisi Februari 2018 masih didominasi sektor rumah tangga dan bukan lapangan usaha lainnya.

Kredit konsumtif sebesar 70,34 persen dari total kredit, diikuti sektor perdagangan besar dan eceran (19,91 persen), dan sektor konstruksi (2,05 persen).

Bambang menyatakan, dari sisi kredit di posisi Februari 2018, rasio Non Performing Loan (NPL) atau kredit bermasalah di Maluku sebesar Rp1,34 persen, sedikit lebih tinggi dibandingkan posisi Januari tercatat sebesar 1,30 persen.

"Tetapi lebih rendah dari NPL nasional yang tercatat sebesar 2,96 persen," ujarnya.

Ia mengakui, berdasarkan data yang dihimpun dari bank pelaksana KUR, tercatat sampai posisi Februari 2018 sebanyak 33,985 debitur, meningkat dibandingkan akhir 2017 sebanyak 3,547 debitur.

Baki debet KUR Februari 2018 sebesar Rp543,74 miliar meningkat 17,62 persen (ytd) atau sebesar Rp81,44 miliar, dibandingkan Desember 2017 tercatat Rp462,30 miliar.

Kualitas kredit KUR sedikit menurun, terlihat dari rasio NPL yang tercatat 2,47 persen sedikit meningkat dari Desember 2017, sebesar 2,08 persen.

Dijelaskannya, pertumbuhan KUR masih didominasi jenis KUR mikro kredit modal kerja sebesar Rp25,55 miliar atau 10,67 persen (ytd), KUR ritel KMK sebesar Rp40,93 miliar atau41,39 persen (ytd).

Sedangkan porsi penyaluran terbesar berdasarkan jenis KUR, berada pada KUR Mikro sebesar Rp367,22 miliar atau 67,54 persen, dari total baki debet penyaluran KUR dan KUR ritel sebesar Rp176,52 miliar, atau sebesar 32,46 persen, dari total baki debet penyaluran KUR.

Bambang menambahkan, penggunaan KUR banyak dimanfaatkan oleh pengusaha mikro dan kecil untuk modal kerja mencapai 74,47 persen, dari total KUR sebesar Rp404,92 miliar.

Target plafon penyaluran KUR tahun 2018 sebesar Rp744,44 miliar untuk periode hingga Februari 2018, telah tersalurkan plafon sebesar Rp134,20 miliar atau 18,04 persen dari target, meningkat sebesar Rp8,36 miliar dari periode Januari 2018. (MP-3)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar