Detik Nusa
Ambon, Malukupost.com - Petani sayur di Kota Ambon, Maluku terus berproduksi guna memenuhi kebutuhan masyarakat di kota ini, kendati curah hujan tinggi.
"Saya terus memproduksi sayur untuk dipasok ke pasar maupun mal guna memenuhi kebutuhan masyarakat," kata Lalo, petani di Desa Passo, Kecamatan Baguala Kota Ambon, Senin (28/8).
Lalo salah satu debitur Bank Rakyat Indonesia (BRI) Cabang Ambon.
Sebelumnya, lahan sayur dia sempat dikunjungi oleh Pimpinan PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Kantor Cabang Ambon, Tito Witarnawan bersama Kepala Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Provinsi Maluku Bambang Hermanto.
Kunjungan itu juga diikuti sejumlah wartawan peserta Journalist Class 2017 yang diselenggarakan OJK Maluku.
Lalo menuturkan, dia mulai berusaha menanam sayur sejak tahun 2013 dengan menyewa lahan kosong pemancar RRI Ambon, di Desa Passo berukuran 2x15 meter dan 20x30 meter.
"Lahan ini saya sewa sejak 2013 dan menjadi sumber kehidupan kami sekeluarga," katanya.
Menurut dia, sebelumnya lahan yang disewanya itu dipenuhi rumput. Namun dengan keuletan bersama istrinya, tempat itu berubah menjadi lahan hijau dan menjadi sumber satu-satunya penghasilan mereka.
Ada tiga jenis sayur yang ditanam yakni kangkung darat, sawi dan bayam merah.
Awalnya usaha Lalo itu belum maju, tetapi dengan mengajukan Kredit Usaha Rakyat (KUR) ke BRI Ambon, usahanya sudah mulai maju. Curah hujan akhir-akhir ini yang cukup tinggi pun membuat harga sayur cukup mahal.
Dengan modal KUR, Lalo bisa membeli puluhan meter plastik dan kayu bulat ukuran sedang untuk membuat tenda melindungi sayur-sayur dari hujan yang setiap hari turun dengan intensitas tinggi agar sayur tidak mati atau busuk.
"Alhamdulilah, walaupun hujan deras, sayur tetap tumbuh segar dan dapat jual di pasar untuk memenuhi kebutuhan masyarakat yang cukup tinggi," katanya.
Untuk menjaga kepercayaan bank, Lalo mengutamakan pembayaran angsuran setiap bulan sebesar Rp1,5 juta. Sedangkan untuk pembayaran pupuk ada kemudahan yang diberikan bank sehingga bisa menunggu hingga panen sayur berikutnya, apalagi umur sayur hanya 20 hari.
"Untuk bisa membayar angsuran KUR maupun pupuk tepat waktu, saya atur jarak tanam, artinya tidak semua bedeng ditanami sayur sekaligus, tetapi secara bertahap sehingga setiap 20 hari panen," kata Lalo.
Ia menjelaskan pada awal kelola dana KUR, dirinya bisa mengembalikan pinjaman modal dan bunga dalam jangka waktu 10 bulan dari jangka waktu satu tahun pengembalian, dan hal ini terus dipertahankan, sehingga kepercayaan bank tetap terjaga.
Pimpinan PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Kantor Cabang Ambon, Tito Witarnawan mengatakan Kota Ambon merupakan daerah konsumtif dan sayur-sayur banyak diimpor dari daerah lain.
"Terkadang kalau melihat usaha sayur mungkin tidak banyak yang tergiur karena pandangan orang itu kerja kotor, tetapi kalau melihat hasilnya sangat luar biasa," katanya. (MP-4)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar