Gambar: Illustrasi anak. |
Kapolres Jayawijaya, AKBP Yan Pieter Reba mengatakan modus yang digunakan adalah seorang lelaki yang berpura-pura memacari korban.
“Lalu komplotan penculik itu sejak awal sudah mengetahui bahwa keluarga korban ini merupakan keluarga berada, sehingga mereka menculik dan meminta uang tebusan,” kata Kapolres kepada wartawan di ruang kerjanya, Selsa (1/8/2017).
Kapolres mengaku telah mengantongi identitas pelaku. “Pelaku sendiri diketahui salah satu pegawai BUMN dan saat ini sedang diselidiki keberadaanya,” katanya. “Kasus ini juga sudah ada laporan dari keluarga dan meminta tebusan 500 juta.”
Kapolres menghimbau seluruh masyarakat di Yalimo, Nduga, Mamberamo Tengah dan Jayawijaya hingga ke seluruh daerah di pegunungan tengah Papua agar selalu dapat mewaspadai kasus penculikan anak.
“Masyarakat harus menjaga ketat anak-anak dan diawasi jika ke sekolah dan ke manapun akan berpergian. Segera lapor ke Polisi jika mengetahui keberadaan anak dan segera infomasikan ke kita untuk penanganan,” pesan Kapolres.
Kasus penculikan ini juga telah didengar oleh Yayasan Humi Inane (Suara Perempuan) yang memiliki program advokasi pada masalah kekerasan terhadap perempuan dan anak di daerah.
Menurut Etha—sapaan akrab Margaretha Wetipo—ini merupakan kasus penculikan anak yang pertama di Jayawijaya. Ia berharap pelaku segera ditangkap dan diproses hukum, dan hal serupa tidak terjadi lagi di kota dingin itu.
“Kami harap kejadian serupa tidak terjadi lagi, sehingga kami harap polisi bisa kejar pelaku dalam waktu cepat, karena dengan kasus yang ada ini tidak lagi terjadi apalagi bisa didengar orang lain,” kata Etha Wetipo. (*)
Copyright ©Tabloid JUBI "sumber"
Hubungi kami di E-Mail: tabloid.wani@gmail.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar