Minggu, 04 November 2018

DW Academic Jerman Gandeng AJI Gelar Workshop Di Ambon

Detik Nusa
Ambon, Malukupost.com - DW Academic Jerman Gandeng Aliansi Jurnalis Independen (AJI) menggelar Workshop Keimanan Dan Media dengan Tema “Sebuah Dialog Antar Agama Bagi Jurnalis Indonesia” di Santika Hotel (SH) Premier Kota Ambon. Sebanyak 25 Jurnalis media cetak, elektronik dan online dari Kota Ambon, Makassar, Lombok, Bali serta Jakarta mengikuti kegiatan yang berlangsung sejak 2 - 4 November 2018.
Ambon, Malukupost.com - DW Academic Jerman Gandeng Aliansi Jurnalis Independen (AJI) menggelar Workshop Keimanan Dan Media dengan Tema “Sebuah Dialog Antar Agama Bagi Jurnalis Indonesia” di Santika Hotel (SH) Premier Kota Ambon.

Sebanyak 25 Jurnalis media cetak, elektronik dan online dari Kota Ambon, Makassar, Lombok, Bali serta Jakarta mengikuti kegiatan yang berlangsung sejak 2 - 4 November 2018.

Trainer internasional DW Akademi, Antje Beuer saat menyampaikan materi menyatakan. fakta pemberitaan beberapa media massa tentang topik agama masih belum objektif.

“Fakta pemberitaan menjadi penting, namun harus didukung dengan verifikasi narasumber, keberimbangan, akurasi dan validasi informasi terhadap suatu peristiwa,” katanya.

"Munculnya pemberitaan yang tanpa melakukan prinsip-prinsip jurnalis yang baik akan berdampak terhadap pembaca terutama menyangkut dengan topik sensitif seperti agama,” katanya lagi.

Sementara itu Pembicara lainnya, M. Yani Kubangun (wakil Pimpinan Redaksi Ambon Ekspress) mengatakan prinsip independen ketika jurnalis menjadi point penting dalam peliputan dan penulisan pemberitaan.

“Namun di Kota Ambon, saat penulisan berita-berita konflik saat ini atau isu-isu agama yang sensitif, harus ada strategi menampilkan fakta yang tidak memicu ketegangan dan konflik yang terjadi. Karena Kota Ambon memiliki pengalaman atas masa lalu yang pahit,” ungkapnya.

Diakui Kubangan, dirinya terlibat dalam peliputan konflik Maluku dari tahun 2000-2006. Sehingga banyak hal yang telah dipelajari dalam dimensi konflik tersebut, salah satunya bagaimana menyikapi pemanfaatan media untuk kepentingan politik kelompok tertentu.

“Ambon Ekspress saat konflik 2011 memilih mengambil strategi untuk melakukan sensor pemberitaan termasuk tidak terbit, karena kami menilai peristiwa konflik diterbitkan bisa memicu ketegangan di tengah masyarakat. Keputusan tidak terbit didasari dengan alasan yang penting untuk melokalisir konflik,” ujarnya.

Sementara, Hesthi Murthi, Direktur Eksekutif AJI Indonesia mengatakan pelatihan tersebut diselenggarakan untuk membekali jurnalis skill melakukan peliputan konflik.

"Pemahaman jurnalis terhadap akar masalah konflik menjadi penting agar tidak menghasilkan peliputan yang bias dan sebaliknya menghasilkan liputan-liputan yang mendorong perdamaian dan kehidupan yang lebih baik bagi semua pihak," tandasnya.

Dijelaskan Hesthi, pelatihan bertemakan jurnalis dan keimanan di Ambon telah diadakan AJI bersama DW di sejumlah daerah sebelumnya seperti di Bandung, Palembang, Pontianak, Manado dan Ambon. Dan melalui pelatihan itu peserta mendapatkan kesempatan untuk memperluas pengetahuan tentang dasar konstitusi, politik dan sosial pluralisme beragama di Indonesia dan tantangan yang muncul dari ekstremisme agama menjelang pemilihan presiden 2019 mendatang.

“Serta memahami standar dan etika profesional dari jurnalisme sensitivitas konflik dan tak bias,” imbuhnya.

Hesthi berharap, peserta dapat mengembangkan kemampuan dalam hal mencari fakta dan mengembangkan cerita untuk menghasilkan karya jurnalistik yang profesional, seimbang dan menarik bagi audiens dengan berbagai latar belakang.

“Melalui workshop ini, peserta juga mendapatkan pengalaman bertukar ide mengenai cara untuk menghadapi intoleransi keagamaan, menjalin hubungan jangka panjang dengan rekan seprofesi dengan latar belakang agama yang berbeda,” pungkasnya. (MP-8)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar