. Komitmen pasangan Bupati Djoko Nugroho dan Wakil Bupati H.Arief Rohman M.Si untuk memajukan kawasan Blora Selatan yang selama ini tertinggal dan menjadi kantong kemiskinan memperoleh jalan cerah. Bupati Bojonegoro dan Bupati Ngawi yang wilayahnya berbatasan langsung dengan Blora di bagian selatan sepakat untuk secara bersama-sama membangun perbatasan setelah melalui berbagai pembahasan.
Hal senada disampaikan Bupati Bojonegoro Dr. Hj. Anna Muawanah. Dirinya mengaku senang jika beberapa kepala daerah yang memiliki perbatasan seperti ini bisa melakukan kerjasama pembangunan dan pelayanan masyarakat.
Kata sepakat itupun langsung diresmikan dengan penandatanganan Kesepakatan Bersama “WIRANEGORO” antara Bupati Blora Djoko Nugroho, Bupati Bojonegoro Dr. Hj. Anna Muawanah, dan Bupati Ngawi Ir. H. Budi Sulistyono, di Rumah Dinas Bupati Bojonegoro, Senin (19/11/2018) dengan disaksikan langsung Menteri Sekretaris Negara (Mensesneg) RI, Prof. Dr. Pratikno M.Soc, Sc.
Untuk diketahui, Wiranegoro sendiri merupakan singkatan dari nama tiga Kabupaten yang melaksanakan kesepakatan bersama kali ini, yakni Ngawi-Blora-Bojonegoro.
Bupati Djoko Nugroho menyampaikan bahwa penandatanganan kesepakatan bersama ini dilatarbelakangi kesadaran bersama untuk melaksanakan pembangunan dari wilayah perbatasan agar akses masyarakat bisa semakin bagus, tidak kalah dengan pusat Kabupaten.
“Kabupaten Blora di wilayah selatan yang berbatasan langsung dengan Ngawi dan Bojonegoro merupakan kawasan hutan. Disana banyak pedesaan yang menjadi kantong kemiskinan karena keterbatasan akses. Lebih dekat ke Ngraho Bojonegoro dan ke Ngawi, daripada ke Blora. Namun jalan menuju Ngawi jelek. Sedangkan untuk ke Ngraho saja tidak ada jembatan, hanya memakai perahu,” ucap Bupati.
Sehingga dengan adanya kesepakatan bersama ini pihaknya berharap ketiga Bupati bisa bersama-sama untuk mulai memperhatikan wilayah pinggiran.
“Ini momentum yang bagus, apalagi bisa disaksikan oleh Menteri Sekretaris Negara secara langsung. Semoga hal ini bisa terdengar sampai pusat dan mendapatkan dukungan,” lanjut Bupati Djoko Nugroho.
Dari kesepakatan ini, pihaknya menginginkan pembangunan jembatan Bengawan Solo penghubung Kradenan-Ngraho bisa segera dilakukan. Selain itu juga pembangunan jalan tembus Randublatung-Ngawi melalui Getas-Banjarejo-Pitu.
Bupati Ngawi Ir. H. Budi Sulistyono menyatakan bahwa pihaknya menyambut baik upaya pembangunan wilayah dari pinggiran, dimana akan dimulai bersama Blora dan Bojonegoro.
“Kami yang punya perbatasan dengan Blora dan Bojonegoro mulai merasa malu ketika melihat wilayah pinggiran masih jelek. Sehingga dengan ini akan timbul semangat untuk bersama-sama membangun dari pinggiran. Apa yang bisa dikerjasamakan akan dilakukan demi memberikan pelayanan kepada masyarakat,” ungkapnya.
Diplomasi meja makan, tiga pimpinan Kabupaten yakni Blora, Bojonegoro dan Ngawi duduk bersama satu meja dengan Mensesneg usai makan makan siang dilanjutkan rembugan pembangunan daerah. (foto: dok-ib) |
“Misalnya banyak warga empat Kecamatan di Blora bagian selatan yang sekolah di Ngraho. Banyak juga warga Ngraho yang belanja bahan pangan ke Blora. Mereka saling ketergantungan dan saling membutuhkan. Jika aksesnya ditingkatkan, maka ekonomi akan meningkat dan kesejahteraan semakin dirasakan. Begitu juga dengan Bojonegoro yang berbatasan dengan Ngawi,” terang Bu Anna, panggilan akrabnya.
Atas terselenggaranya acara ini, Mensesneg Prof Pratikno pun mengapresiasi dan bangga atas langkah ketiga Bupati yang berkomitmen untuk memberikan pelayanan masyarakat dengan melakukan kesepakatan bersama.
“Jujur kegiatan ini tidak masuk agenda protokoler Mensesneg. Saya tadi habis mendampingi Pak Presiden Jokowi di Lamongan untuk sejumlah agenda kunjungan kerja lantas menuju Bojonegoro untuk menjenguk orangtua. Namun setelah diundang ke Rumah Dinas Bupati, ternyata didaulat untuk menyaksikan penandatanganan kesepakatan bersama tiga pimpinan daerah yang akan membangun wilayah perbatasan. Saya turut senang dan bangga, Presiden Jokowi pasti akan senang mendengar kepala daerah yang terus melakukan terobosan seperti ini,” ucap Mensesneg.
Menurut Mensesneg, membangun perbatasan rupanya tidak hanya dari Papua maupun Sabang. Namun daerah perbatasan antar Kabupaten juga harus diperhatikan para Kepala Daerah.
“Disini Bojonegoro, Blora dan Ngawi telah memulainya. Ini langkah yang bagus dan bisa menjadi contoh daerah lainnya,” lanjutnya.
Sebelum penandatanganan, terlebih dahulu dilakukan ramah tamah. Dimana para pimpinan tiga Kabupaten bersama Mensesneg makan siang bersama dan duduk satu meja membicarakan perencanaan pembangunan perbatasan masing-masing.
Turut hadir dalam kegiatan tersebut Wakil Bupati Blora H.Arief Rohman M.Si, Wakil Bupati Bojonegoro Drs. Budi Irawanto, M.Pd, Forkopimda Bojonegoro serta OPD terkait dari ketiga Kabupaten.
(berita sebelumnya : klik - Naik Perahu Bersama, Bupati Blora dan Bojonegoro Sepakat Bangun Jembatan Kradenan-Ngraho)
(berita sebelumnya : klik - Naik Perahu Bersama, Bupati Blora dan Bojonegoro Sepakat Bangun Jembatan Kradenan-Ngraho)
Dari Kabupaten Blora turut hadir Asisten Pemerintahan Setyo Edy SH, M.Hum, Plt. Kepala Bappeda Ir. Reni Miharti, M.Agr.Bus, Kepala DPUPR Ir. Samgautama K, MT, Kepala Kesbangpol Achmad Nurhidayat SH, M.Si, MM, Kepala Satpol PP Blora, Anang Sri Danaryanto S.Sos, MMA, Kepala Bagian Tata Pemerintahan Iwan Setiyarso, S.Sos, M.Si, dan Kepala Bagian Humas Protokol Hariyanto SIP, M.Si.
Sementara itu, Sabtu lalu (17/11/2018) telah dilakukan peninjauan wilayah perbatasan Blora-Bojonegoro oleh kedua Bupati di Desa Medalem Kecamatan Kradenan yang akan dijadikan lokasi pembangunan jembatan di atas Bengawan Solo. (Humas Blora | res-ib)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar