Kamis, 01 Maret 2018

Cerita Mbah Saman Tentang Banjir Bandang yang Merobohkan Rumahnya

Detik Nusa
Mbah Saman sedang menjemur kasur dan sejumlah kartu identitas kependudukan yang basah karena usai terkena banjir bandang. (foto: dok-infoblora)
BLORA. Banjir bandang memang sudah menjadi langganan beberapa tahun terakhir bagi warga di bantaran Sungai Cangkring Dukuh Kedungpeting, Desa Kedungwaru, Kecamatan Kunduran. Namun Senin (26/2/2018) lalu banjir bandang terjadi kembali dan debitnya lebih besar sehingga meluber ke pemukiman warga.

Seperti yang dialami Mbah Saman (70) beserta istrinya Gimah (65). Pasangan jompo yang tinggal di rumah tepi Sungai Cangkring wilayah RT 01, RW 04 Dukuh Kedungpeting ini harus menerima kenyataan karena rumahnya roboh diterjang banjir bandang Senin malam itu.

Untungnya mereka berdua berhasil diselamatkan warga bersama petugas untuk diungsikan ke rumah Kepala Desa setempat yang letaknya lebih tinggi. Namun banyak perabotan yang hilang terbawa derasnya banjir karena rumahnya hanya berjarak 10 meter dari kali. Begitu juga dengan stok kebutuhan pangan semuanya hanyut.

Bagian rumah Mbah Saman yang roboh masih disandarkan di pohon jati yang ada di pekarangannya, Rabu (28/2/2018). (foto: dok-infoblora)
Ketika ditemui di rumahnya, Rabu (28/2/2018), sambil membereskan kembali rumahnya yang roboh sekitar limapuluh persen. Mbah Saman menceritakan bahwa Senin sore itu air mulai naik menjelang adzan maghrib, atau sekitar pukul 18.00 WIB.

“Saat maghrib itu air mulai naik, bunyinya keras krasak-krasak. Bambu di belakang rumah sampai miring diterjang air bah. Saya langsung ke depan rumah lalu ditolong orang pakai tali untuk menuju jalan raya yang lokasinya lebih tinggi,” ucapnya.

Ia mengaku tidak sempat membereskan perabotan rumah tangga. Hanya sempat menyelamatkan dua ekor sapi miliknya yang diungsikan ke rumah anaknya.

“Karena panik, tidak sempat menyelamatkan perabotan rumah. Hanya sapi yang saya bawa ke rumah anak sebelum banjir benar-benar datang sebesar itu. Tingginya kemarin sampai satu meter masuk rumah,” lanjutnya, sambil menjemur kasur dan sejumlah kartu identitas miliknya yang basah tergenang banjir.

Sedangkan Gimah, istri Saman mengaku tidak ingat bagaimana saat banjir bandang merobohkan rumahnya. Pasalnya ia sudah diungsikan ke rumah Kepala Desa. Setelah banjir surut baru tahu rumahnya sudah roboh separuh bagian timur.

“Saat pulang baru tahu rumah sudah roboh. Perabotan masak hilang semua dan kini hanya bisa menemukan dua panci yang tersangkut di kebun tebu depan sana. Kemarin dibantu orang banyak untuk membereskan kayu rumah yang roboh,” ungkapnya.

Bantuan dari pemerintah menurutnya juga sudah masuk. Ia mengaku sudah menerima bantuan makanan saat mengungsi di rumah Kades dan menerima bantuan selimut untuk tidur. Sementara kini mereka berdua tinggal di rumah yang kondisinya masih terbuka di bagian belakang karena diding dari kayu masih roboh.

Mereka berharap ada bantuan untuk rekonstruksi bangunan rumahnya sehingga bisa ditempati seperti sedia kala. Ternyata mereka juga belum memiliki fasilitas kamar mandi dan WC. Selama ini mereka MCK di sungai yang ada di belakang rumah itu. (res-infoblora)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar