Rabu, 27 September 2017

Sempatkan Pulang Kampung, Gelar Pelatihan Pengembangkan Batik Blora

Detik Nusa
Beberapa desain pengembangan batik yang digambar di kertas dan kain ditunjukkan usai pelatihan. (foto: dok-ib)
BLORA. Kecintaan dan kesibukannya di dunia seni rupa yang digeluti sejak duduk di bangku SMP hingga kini menyandang gelar Magister Seni dari Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta, tidak membuat Dwi Wahyuni Kurniawati M.Sn lupa dengan kampung halamannya, Blora.

Gadis asli Desa Tempellemahbang, Kecamatan Jepon yang kini berprofesi sebagai dosen seni rupa di Universitas Negeri Semarang (UNNES) ini pun menyempatkan diri untuk pulang kampung guna membagikan ilmunya dalam hal pengembangan batik tulis khas Blora.

Dengan berbekal ilmu tentang seni perbatikan, ia pun melakukan survey terhadap beberapa usaha kecil menengah (UKM) batik yang ada di Kabupaten Blora. Hal itu dilakukannya untuk mengamati perkembangan batik Blora, guna memilih lokasi pelatihan pengembangan batik Blora yang ia gagas.

Nia (hijab ungu) menerangkan berbagai jenis pengembangan motif batik.
(foto: dok-ib)
Setelah melakukan survey di beberapa lokasi UKM batik tulis tradisional di Blora dan Cepu, ia pun memutuskan memilih perajin batik Nimas Barokah Beran. Usaha batik Nimas Barokah milik Yanik Mariana dipilih sebagai lokasi pelatihan pengembangan desain batik olehnya.

Minggu (24/9/2017) kemarin, dosen UNNES yang juga ahli gambar sketsa dan keyboardist ini memulai pelatihan pengembangan desain batiknya di rumah produksi batik Nimas Barokah. Setidaknya ada sepuluh orang yang mengikuti pelatihan gratis darinya.

Menurut Nia (panggilan akrabnya-red), Nimas Barokah merupakan salah satu produsen batik Blora dengan kualitas yang baik. Hal ini terbukti dari beberapa desainnya yang sudah diminati oleh kalangan pejabat di tingkat Kabupaten, Provinsi hingga Pusat. Kepekaan estetis dalam mengkreasikan motif dan pewarnaan batik menurutnya sejauh ini sudah bisa mewakili karakter batik Blora.

“Oleh karena itu, batik Nimas Barokah kiranya bisa menjadi salah satu percontohan produsen batik Blora berbasis kerakyatan yang baik Dengan alasan inilah saya melakukan pelatihan desain motif batik di Nimas Barokah. Saya melihat ada potensi yang bagus untuk dikembangkan lebih lanjut,” ucap Nia.

Batik Blora yang identik dengan motif tentang ornamen jati, barongan, sate dan sumur angguk menurutnya sudah khas. Hanya saja bentuk dan ragam variasi motif batiknya masih minim, cenderung realis. Contoh untuk motif jati, selama ini hanya mengembangkan bentuk kambium jati berupa lingkaran. Padahal menurutnya bentuk jati masih bisa dikembangkan lebih banyak lagi.

Sebelum praktek membuat desain, ia memberikan paparan sederhana lewat laptopnya. Beberapa macam gubahan desain diperlihatkan sebagai contoh pengembangan motif batik dan berbagai bentuk isen-isen. Peserta pelatihan yang berasal dari pembuat desain dan lainnya pun tampak serius mendengarkan penjelasan dari gadis berhijab ini.

Setelah itu, baru dilakukan praktek pembuatan desain batik secara bersama-sama secara sederhana. Selain motif jati, mereka melakukan pengembangan motif barongan Blora. Menurutnya, motif barongan tidak terbatas pada bentuk kepala barongnya saja. Tetapi bisa dikembangkan pada bentuk topeng pendukung lainnya serta ornamen gamelan pengiring.

Ia mengatakan bahwa dalam kurun waktu hampir sepuluh tahun, batik Blora saat ini sudah semakin berkembang. Hal ini bisa dilihat dari kualitas perwujudan visual karya dan kualitas produknya. Motif batik yang ditampilkan sudah semakin beragam. Perajin sudah semakin kreatif dalam memilih tema-tema motif batik. Batik blora sudah tidak hanya berkutat pada motif-motif barongan dan daun jati. Kesadaran perajin akan hal ini menjadi energi positif bagi keberlangsungan batik Blora ke depan.

Tanya jawab dengan perajin batik tentang motif dan isen isen khas Blora. (foto: dok-ib)
“Upaya-upaya pengembangan batik Blora sebaiknya harus intens untuk dilakukan. Batik Blora akan tetap bertahan dan berkembang jika ada konsistensi kerjasama antara perajin, pemerintah dan masyarakat pendukungnya. Oleh karena itu, agar semakin eksis, kiranya diperlukan evaluasi dan pelatihan-pelatihan desain motif batik dan proses pembuatan batik seperti ini,” lanjutnya.

Ia berharap agar batik Blora bisa berkelanjutan untuk diproduksi dan merupakan hasil kreasi desain dari masyarakat lokal Blora sendiri serta dibuat pula oleh masyarakat Blora.

“Semoga ke depan akan menghasilkan motif-motif batik yang merepresentasikan karakteristik wilayah Blora dan masyarakatnya. Semoga pemerintah setempat semakin giat dalam upaya untuk mengembangkan potensi batik Blora,” pungkasnya.

Ia berjanji pelatihan tidak akan dilaksanakan sekali saja. Namun saat ada kesempatan, ia akan menyempatkan pulang ke Blora untuk melanjutkan pelatihan pengembangan batik.

Terpisah, Yanik Mariana pemilik usaha batik Nimas Barokah berterimakasih atas diberikannya pelatihan pengembangan motif dan desain batik. Menurutnya, dari pelatihan itu dirinya dan beberapa tenaga kerja di rumah produksi Nimas Barolah memperoleh banyak pengetahuan tambahan.

“Maturusuwun sanget Mbak Nia sudah memilih tempat kami untuk pelatihan batiknya. Kami sangat senang karena banyak pengetahuan yang diberikan tentang cara membuat desain yang baik. Semoga ini bisa berkesinambungan,” ujar Yanik.

Pelatihan yang dimulai pukul 09.00 WIB itu akhirnya berakhir pukul 14.00 WIB dan dilanjutkan praktek pembuatan batik. (tio-infoblora)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar